Destinasi Wisata Bali Paling Terkenal: Desa Penglipuran Vs Pura Ulun Danu

Desa Penglipuran
Selalu ada hal menarik untuk diceritakan mengenai pulau Dewata Bali, salah satunya adalah Desa adat Penglipuran, terletak di Kelurahan Kubu, Kecamatan/ Kabupaten Bangli – Bali. Desa Penglipuran sebuah desa tradisional yang masih memegang teguh tatanan budaya yang diwariskan oleh para leluhur mereka. Dalam tata ruang bangunan serta adat istiadatnya. Sekarang berkembang menjadi desa wisata, yang juga menyediakan tempat menginap ketika anda liburan di wilayah Bangli. Jika anda jenuh dengan keramaian atau tempat wisata modern, maka desa adat Penglipuran di Bangli ini akan menjadi tujuan tour ideal saat liburan di pulau Dewata Bali. Desa adat Penglipuran merupakan sebuah komplek pemukiman penduduk yang ramah lingkungan, bangunan-bangunan tertata rapi dibangun di atas luas lahan yang sama, pintu utama (angku-angkul) berbentuk sama dan simetris, suasana perkampungan yang unik dan indah. Desa Penglipuran Bangli memang memiliki tata ruang yang konseptual, membuatnya tampil unik, perumahan tertata sangat rapi, jalanan bersih dan tenang tanpa kendaraan bermotor, jangankan mobil sepeda motorpun dilarang masuk ke komplek perumahan tradisional tersebut. Sebuah tempat parkir disediakan untuk kendaraan anda baik itu mobil ataupun bus pariwisata. Sebuah pemukiman tradisional yang kental dengan kearifan lokal, membuat desa adat Penglipuran cukup terkenal di kalangan wisatawan domestik maupun asing. Tidak jarang pula anak-anak sekolah menjadikan desa Penglipuran sebagai destinasi wisata wajib saat liburan sekolah saat kegiatan study tour mereka. Keberadaan desa adat Penglipuran sebagai objek wisata di Bali, memang tidak terbantahkan lagi, banyak wisatawan setelah membaca informasi tentang desa tradisional Penglipuran menjadi tertarik dan merubah rute tour di Bali mereka untuk berkunjung ke desa ini. Apalagi letaknya strategis dan mudah dijangkau berada berdekatan dengan tempat wisata lainya di kawasan pariwisata Bangli seperti objek wisata Kintamani, Pura Kehen dan air terjun Tukad Cepung, sehingga sering dikemas menjadi paket tour di Bali. Salah satu stasiun televisi swasta memilih desa Dt Penglipuran sebagai tempat shoting untuk film televisi, jadi banyak yang penasaran untuk mengenal desa ini lebih dekat. Jadi jika anda kebetulan liburan di pulau Dewata Bali, jenuh dengan tempat rekreasi alam pantai, maka desa Penglipuran bisa menjadi agenda tour anda selanjutnya. Jika anda memiliki agenda tour di Bali dengan jurusan Ubud dan juga Kintamani, maka tempat wisata tersebut searah, dan anda bisa menyempatkan diri untuk mengunjungi desa tradisional Penglipuran Bangli, jarak dari Denpasar butuh sekitar 90 menit naik mobil. Lokasinya sekitar 700 meter di atas permukaan laut, sehingga kawasan ini terasa lebih sejuk, alam di sekitarnya terlihat hijau. Berada di pemukiman ini anda akan merasa betah, merasakan nuansa pemukiman yang benar-benar berbeda. Disini juga disediakan tempat menginap di rumah penduduk, berbaur dengan masyarakat, sehingga anda merasakan suasana liburan yang berbeda dan lebih menarik. Sebuah jalan membelah pemukiman desa adat Penglipuran menjadi dua bagian, pada setiap rumahnya memiliki setidaknya sebuah bangunan tradisional yang terbuat dari bambu, baik itu dinding atap terbuat dari bambu, luas tanah masing-masing rumah sama, begitu juga dengan ketinggian bangunannya. Pintu depan masuk halaman (angkul-angkul) beratapkan bambu juga, beberapa pintu dan pagar halaman masih berbahan tanah liat terlihat begitu natural, walaupun sudah banyak yang merubahnya dari bahan berbeda. Setiap angkul-angkul (pintu masuk rumah), berisi nama dari pemilik rumah tersebut, terdapat sejumlah pengrajin rumahan yang bisa anda kunjungi, mereka dengan ramah menyambut anda dan mempersilahkan melihat-lihat sekelilingnya. Taman-taman bunga yang berjejer sepanjang tepi jalan, menambah indahnya suasana, berkunjung ke desa adat Penglipuran selain anda bisa menikmati keindahan juga budaya unik warga setempat akan memberikan pengalaman berharga saat liburan di Bali. Dan oleh pemerintah daerah, desa tradisional Penglipuran ditetapkan sebagai desa wisata. Kendaraan tidak diperbolehkan masuk, dan akses jalan masuk menuju ke komplek perumahan desa adat Penglipuran Bangli sengaja dibuat berundak, sehingga tidak memungkinkan kendaraan masuk. Panjang jalan pada komplek perumahan ini berkisar 500 meter. Jika sepanjang perjalanan anda merasa lelah, terdapat warung makanan dan minuman pada sejumlah rumah penduduk, juga terdapat sebuah banjar adat di pertengahan pemukiman, sehingga anda bisa bersantai dan beristirahat di balai banjar tersebut. Desa wisata di Bali ini berhawa sejuk, luas desa ini sekitar 112 hektar. Yang terdiri dari pemukiman penduduk, hutan bambu, tegalan, sekolah, parkir kendaraan dan berbagai fasilitas umum lainnya. Daya tarik desa tradisional di Kabupaten Bangli ini melengkapi daftar tempat wisata tradisional di pulau Dewata Bali. Yang menarik di Desa adat Penglipuran Bangli tidak hanya bentuk pemukimannya saja tetapi hutan bambu yang terletak di sebelah Utara di belakang pura desa, menebang pohon bambu harus melalui ijin tetua desa. Hutan bambu tersebut menjadi tempat rekreasi menarik juga, tempatnya rindang dan sejuk, cocok untuk bersantai maupun berfoto-foto, dan sekarang ini hutan bambu di desa adat Penglipuran ini sedang trend menjadi salah satu spot foto selfie. Monumen Taman Pahlawan terdapat di ujung sebelah Selatan Desa Penglipuran, bisa menjadi tempat edukasi bagi anak-anak sekolah. Selain itu ada namanya karang memadu, jika ada warga yang melakukan poligami, maka orang (keluarga) tersebut akan dikucilkan di tempat ini, sehingga akan merasa beban moral, tradisi yang menghormati wanita dengan aturan melarang poligami. Sedangkan jika ketahuan mencuri, maka si pencuri diwajibkan melakukan sesajian dengan persembahan 5 ekor ayam dengan bulu berbeda pada 4 pura leluhur penduduk setempat dan ini akan memberikan efek rasa malu kepada si pelaku.
Statistics for this Xoptio

Pura Ulun Danu, Danau Beratan
Pura Ulun Danu Batur (juga dikenal sebagai "Pura Batur" atau "Pura Ulun Danu") adalah Pura yang terletak di pulau Bali, Indonesia . Sebagai salah satu Pura Kahyangan Jagat, Pura Ulun Danu Batur adalah salah satu dari pura terpenting di Bali yang bertindak sebagai pemelihara harmoni dan stabilitas seluruh pulau. Pura Ulun Danu Batur mewakili arah Utara dan didedikasikan untuk dewa Wisnu dan dewi lokal Dewi Danu, dewi Danau Batur, danau terbesar di Bali. Setelah hancurnya kompleks pura yang asli, pura tersebut dipindahkan dan dibangun kembali pada tahun 1926. Pura Batur atau Pura Ulun Danu pertama kali didirikan pada abad ke-17. Pura ini didedikasikan untuk dewa Wisnu dan untuk dewi danau Dewi Danu. Danau Batur, danau terbesar di Bali, dianggap paling penting di pulau Bali sebagai sumber air utama untuk kegiatan pertanian di Bali. Kata 'Pura' berarti "Pura atau Kuil", sedangkan dua kata ulun ("kepala" atau "sumber") dan danu ("danau", merujuk ke Danau Batur) diterjemahkan sebagai "sumber danau"; dan dengan demikian nama Pura secara harfiah berarti "Pura Sumber Danau". Kata 'batur', setelah desa Batur di mana Pura itu berada, berarti "murni" atau "bersih secara spiritual". Definisi Pura Ulun Danu menggambarkan pentingnya air bagi kemakmuran penduduk desa Batur dan bagi seluruh komunitas Hindu di Bali, terutama dalam mengairi sawah di pulau Bali. Pura Ulun Danu Batur disebutkan beberapa kali dalam beberapa lontar kuno sebagai salah satu dari sad kahyangan, enam kelompok Pura universal. Sebelum meletusnya Gunung Batur pada tahun 1917, Pura Batur dan desa aslinya (saat itu dikenal sebagai Karang Anyar, yang berarti "Wilayah Baru") terletak di barat daya lereng Gunung Batur itu sendiri. Aliran lahar letusan 1917 menyebabkan ribuan korban. Meskipun hancur, aliran lava hitam berhenti di gerbang Pura Ulun Danu Batur. Karena lava berhenti sebelum mencapai candi, masyarakat melihat ini sebagai pertanda baik dan memutuskan untuk tinggal di daerah tersebut. Pada 21 April 1926, Gunung Batur meletus lagi, kali ini menghancurkan seluruh desa Karang Anyar. Lava juga melaju ke arah pura, menutupi hampir seluruh kompleks. Terlepas dari kehancuran desa dan juga hilangnya 1.500 penduduk desa, meru tingkat 11 pura ini bertahan. Dengan daerah di sekitar Gunung Batur dinyatakan tidak dapat dihuni selama periode erupsi, penduduk desa Kalang Anyar harus pindah. Proses relokasi dibantu oleh penduduk desa dari daerah sekitarnya, seperti Desa Bayung, Tunggiran, Kedisan, Buanan, Sekardadi. Pemerintah Hindia Belanda mengirim pasukan regional Bangli dan beberapa tahanan untuk membantu relokasi. Kuil 11 tingkat yang selamat diangkut ke lokasi baru, serta perlengkapan penting lainnya dari pura. Setelah beberapa hari, program pembangunan kembali desa dimulai oleh pemerintah daerah Bangli. Dana dikumpulkan untuk membangun rumah baru, kantor administrasi, dan infrastruktur dasar. Setelah beberapa bulan, daerah di sekitar Gunung Batur dinyatakan aman, dan program pembangunan kembali desa dapat segera dimulai. Lokasi baru untuk desa dipilih, kali ini menanjak di tepi luar kaldera Danau Batur. Tanah dibagikan sesuai dengan jumlah keluarga asli. Seluruh proses diawasi oleh petugas polisi setempat (mantri polisi) untuk menjaga ketertiban. Dengan selesainya rumah-rumah dan infrastruktur dasar, pemerintah daerah Bangli mengumpulkan dana lain untuk membangun sebuah pura baru, Pura Ulun Danu Batur yang sekarang. Dengan selesainya pura pada tahun 1926, upacara dilakukan pura baru. Pura Batur terdiri dari sembilan pura yang berbeda, berisi total 285 tempat suci dan paviliun yang didedikasikan untuk para dewa dan dewi air, pertanian, mata air suci, seni, kerajinan, dan banyak lagi. Pura Penataran Agung Batur, candi utama, memiliki lima halaman utama. Kuil yang paling dominan adalah meru 11 tingkat yang terletak di halaman dalam dan paling sakral, tiga meru 9 tingkat yang didedikasikan untuk Gunung Batur, Gunung Abang, dan Ida Batara Dalem Waturenggong, raja dewa dari Gelgel dinasti yang memerintah dari 1460 hingga 1550. Delapan pura lainnya adalah Pura Jati Penataran, Pura Tirta Bungkah, Pura Taman Sari, Pura Tirta Mas Mampeh, Pura Sampian Wangi, Pura Gunarali, Pura Padang Sila, dan Pura Tuluk Biyu.