Desa Wisata Terindah Di Dunia: Nagari Pariangan, Indonesia Vs Giethoorn, Belanda

Nagari Pariangan, Indonesia
Terletak di Sumatra Barat, Nagari Pariangan berhasil membuat dunia berdecak kagum. Karena keindahannya, Nagari Pariangan menjadi salah satu desa terindah di dunia yang disejajarkan dengan desa Niagara on The Lake di Kanada. Berbicara tentang potensi sumber daya yang dimiliki Indonesia memang tidak ada matinya. Khususnya berbagai kekayaan alam dan budaya Nusantara, yang selalu menarik pengunjung, baik lokal maupun mancanegara. Nagari Pariangan, menjadi salah satu desa yang membanggakan karena pesonanya yang luar biasa. Media pariwisata dari New York, Amerika, Travel Budget pada 2012 menjadikan Nagari Pariangan sebagai desa terindah di dunia bersama desa lainnya di dunia. Desa Nagari Pariangan terletak di Lereng Gunung Marapi, tepatnya di Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatra Barat. Lokasinya sekitar 95 kilometer dari utara Kota Padang, dan 35 kilometer dari Kota Bukittinggi. Nagari Pariangan juga berada di antara Kota Batusangkar dan Padang Panjang. Nagari Pariangan memiliki luas 17,97 kilometer persegi. Tak hanya juara karena keindahannya, berada di ketinggian sekitar 500-700 meter di atas permukaan laut membuat udara di Nagari Pariangan begitu sejuk. Secara geografis, Gunung Marapi masih aktif hingga saat ini. Gunung tersebut terakhir meletus pada 2014. Berada di wilayah pegunungan membuat panorama alam di Nagari Pariangan begitu luar biasa. Di jalan utama menuju desa wisata ini, para pengunjung akan ditemani oleh jalan yang berkelok dengan pemandangan hijau yang begitu asri, yakni hamparan sawah yang sangat subur dan pepohonan rimbun. Rumah-rumah Gadang khas Sumatra Barat yang berada di wilayah perkampungan Nagari Pariangan juga tidak biasa. Meski padat, rumah penduduk yang dibangun bertingkat-tingkat mengikuti kontur atau pola dari lereng gunung, terlihat rapi dan sedap dipandang mata. Setiap jengkal mata memandang, selalu terlihat atap gonjong yang runcing (sebutan atap rumah gadang). Meskipun terlihat tua, rumah-rumah tersebut masih terlihat apik dan khas karena motif-motif minang. Uniknya, masyarakat desa membangun rumah-rumah tersebut secara tradisional dan tanpa menggunakan paku. Tak hanya rumah-rumah yang menjadi daya tarik desa Nagari Pariangan. Masjid Ishlah yang dibangun pada abad ke-19 pun turut menarik pengunjung. Bangunan tertua yang dibangun Syekh Burhanuddin-- seorang ulama terkemuka di Minang --tidak mengadopsi rumah gadang sebagai arsitektur atapnya, melainkan arsitekturnya menyerupai kuil-kuil di Tibet. Masjid tua ini telah mengalami renovasi sebanyak dua kali, yaitu pada 1920 dan 1994. Yang semakin membuat masjid ini unik adalah terdapat pancuran air panas langsung dari Gunung Merapi. Air tersebut dapat digunakan untuk umat Muslim mensucikan diri. Pancuran ini dianggap sebagai sebuah keberkahan bagi masyarakat Nagari Pariangan. Nagari Pariangan juga menjadi desa pertanian pertama di Minang, kesuburan tanahnya tidak perlu diragukan lagi. Pertanian menjadi sumber pangan masyarakat Nagari Pariangan. Karena begitu menghormati para leluhur dan menjunjung tinggi peninggalan sejarah, sepetak sawah di sana dijadikan situs peninggalan. Ya, Sawah Gadang Satampang Baniah yang merupakan sawah pertama yang dibuka oleh Datuk Tantajo Garhano (leluhur masyarakat Minang) telah dijadikan cagar budaya oleh masyarakat setempat. Hal tersebut sebagai bukti bahwa masyarakat Nagari Pariangan begitu menghormati situs-situs bersejarah warisan dari para leluhur. Sawah pertama tersebut berada di ujung jalan utama desa.
Statistics for this Xoptio

Giethoorn, Belanda
Mungkin terdengar mustahil jika masih ada tempat yang bebas polusi di tengah era pemanasan global seperti saat ini. Namun, ternyata sebuah desa di Belanda bernama Giethoorn menjadi desa paling bebas polusi di dunia. Desa yang berada di Belanda bagian utara ini sering disebut sebagai “Venice of the Netherlands” alias Venice-nya Belanda. Giethoorn yang terletak di Provinsi Overijssel, Belanda menjadi desa bebas kendaraan bermotor bahkan nyaris tanpa jalan raya. Dilansir Bussiness Insider, dengan tatanan hidup serba bebas karbon ini membuat Giethoorn mendapat predikat sebagai desa terbersih di dunia oleh National Geographic di tahun 2019. Hampir seluruh kegiatan di Giethoorn tidak menggunakan kendaraan bermotor. Setiap hari, sekitar 2.600 penduduk desa ini hanya menggunakan sepeda, berjalan kaki, kano, atau menyewa perahu saat sedang beraktivitas sehari-sehari. Awalnya tak ada yang tahu keberadaan desa sejuk ini. Maklum saja, Giethoorn dibangun oleh sekelompok buronan dari Laut Mediterania. Namun, setelah pemandangan hijau dan asrinya muncul dalam film Fanfare yang dibuat oleh Bert Haanstra, Giethoorn mulai dikenal oleh dunia luar dan mulai banyak didatangi wisatawan. Tidak ada jalan raya di Desa Giethoorn, yang ada hanya kanal dan jalan yang tidak terlalu luas untuk pejalan kaki. Setiap harinya, penduduk Giethoorn biasa menggunakan kanal sepanjang 4 kilometer ini sebagai akses utama. Kanal ini pun menyambungkan setiap tempat di desa yang berpenduduk sekitar 2.620 orang. Air yang jernih dan kiri-kanan yang berhiaskan pohon rindang menjadi teman selama perjalanan wisata kamu di sini. Desa yang mendapat julukan 'Venesia dari Belanda' ini pun menjadi salah satu wisata populer di Negeri Kincir Angin. Saat memasuki desa yang berada sekitar 5 km barat daya dari Steenwijk ini, kamu harus meletakkan kendaraan di luar desa. Sebenarnya, ada dua jenis kendaraan yang bisa digunakan di sini, yaitu sepeda atau transportasi air. Bukan hanya kanal, Giethoorn juga punya hamparan pedesaan yang membuat wilayah ini memiliki udara yang baik di dunia. Selain itu, wilayah ini benar-benar tidak memiliki asap kendaraan, pabrik, atau rokok di sini. Kerennya lagi, paras Giethoorn terlihat semakin elok karena tak ada sampah sama sekali yang berserakan di pelatarannya. Rumah-rumah pertanian dari abad ke-18 dengan beratapkan jerami masih ada sampai saat ini. Seperti di Italia, rumah-rumah di Giethoorn dihubungkan oleh sungai, sehingga warga menggunakan perahu sebagai sarana mobilitas utama. Tak hanya rumah-rumah warga, terdapat juga fasilitas lain layaknya desa pada umumnya, seperti restoran, toko-toko, dan lain-lain. Yang membuat Giethoorn dinobatkan sebagai salah satu desa paling bersih di dunia adalah udaranya yang bebas polusi dan air yang bersih dari limbah. Rumah-rumah berjajar dengan rapi dan teratur. Tidak ada sampah yang berserakan sejauh mata memandang. Desa ini juga ditumbuhi tanaman hias dan pepohonan yang semakin mempercantik lingkungan. Selain bebas dari polusi udara dan air, desa ini bahkan menggunakan whisper boat untuk mengurangi kebisingan. Di Giethoorn tidak ada bunyi klakson atau deru kendaraan yang membuat pendengaran kamu terasa bising. Pesona pedesaan ini benar-benar menyita perhatian wisatawan, khususnya masyarakat Jakarta yang selama ini dikepung polusi udara. Kebiasaan hidup bebas polusi ini juga berlaku bagi wisatawan yang berkunjung ke Giethoorn. Jika wisatawan ini bepergian, mau tak mau mereka harus menyewa pesiar mini dan menjelajahi perairan. Wisatawan bisa juga berkeliling sendiri menggunakan perahu atau kano dan menikmati makan siang atau malam di restoran yang berada di pinggir kanal. Meski demikian, penduduk sekitar mengaku mulai risih dengan perilaku wisatawan yang berkunjung ke wilayah mereka. Warga bahkan menulis surat kepada pemerintah kota, menuntut tindakan segera terhadap wisatawan yang mengganggu atau melanggar aturan tatanan kota yang menyebabkan kanal tersebut kotor.