Berbagai Macam Soto Khas Daerah Di Indonesia Soto Banjar Vs Coto Makassar
Soto Banjar
Soto Banjar ialah kuliner berkuah yang berasal dari daerah Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kuliner ini terkenal dengan kuatnya cita rasa rempah yang digunakan. Biasanya, untuk seporsi Soto Banjar dinikmati bersama tambahan perkedel. Ahli Cagar Budaya Banjarmasin Mursalin dalam webinar Potensi Soto Banjar sebagai Gastro Destination Kota Banjarmasin mengatakan, Soto Banjar sebenarnya memiliki dua varian, yakni soto berkuah bening dan kental. Ia mengatakan, keberadaan Soto Banjar yang kita jumpai saat ini merupakan hasil dari pertemuan berbagai macam budaya, yaitu budaya Tiongkok, Belanda, India, Arab, dan Banjar. Kuliner soto datang ke Indonesia dibawa oleh orang China. Ada berbagai macam versi penyebutan nama soto. Ada yang menyebut sebagai jao to, shao du, dan zhu du. Ketiga nama ini mengarah kepada satu konsep yang sama, yaitu menggunakan jeroan sebagai bahan dasar makanan. "Kuliner yang berakhiran "do" atau "to" itu memiliki konsep jeroan," kata Mursalin. Shau du atau jao to merupakan tipikal masakan kanton. Kanton yaitu masakan dari daerah di China bagian selatan yang memiliki karakter berkuah kaldu jeroan, menggunakan rempah dan bahan yang berasal dari tepung, serta ditaburi bawang putih goreng. Mursalin menjelaskan, perkembangan soto di Indonesia sebagian besar berangkar dari jalur perdagangan laut, java Sea Zone. Kawasan ini meliputi jalur Pantai Utara Jawa, Pesisir Selatan Kalimantan, dan Sulawesi. Banjar adalah salah satu daerah yang juga banyak didatangi oleh para pedagang yang masuk ke Indonesia melalui jalur laut. Hadirnya orang China di di Tanah Banjar, membuat kuliner ini mulai dikenal oleh masyarakat Banjar. Soto yang dibawa oleh orang China kemudian ditiru, dicocokan, dan dimodifikasi agar sesuai dengan lidah orang Indonesia. Persentuhan budaya China dan budaya lokal ini terjadi dari jalur perkawinan antara orang China pendatang asli dengan masyarakat lokal. Bisa juga dari orang lokal yang bekerja di rumah orang China. Selain orang China, ada juga bangsa asing lain yang datang dan menetap di tanah Banjar. Mereka adalah orang Belanda, Arab, dan India. Perkumpulan bangsa asing ini kebanyakan menetap di daerah bernama Tatas. Dari sanalah pertemuan berbagai budaya mulai mempengaruhi aspek-aspek yang ada di Tanah Banjar, salah satunya kuliner soto. Pertemuan berbagai budaya ini mendukung terjadinya evolusi bumbu. Kuliner sup khas Belanda yang berasal dari bangsa Belanda membawa pengaruh berupa kuah kaldu soto yang bening, menggunakan daun seledri, potongan wortel, kentang, dan tambahan perkedel. Budaya India, membawa pengaruh dari makanan berbumbu kental seperti kare. Dalam hal ini direpresntasikan soto banjar kuah kental yang menggunakan susu ekaforasi. Bangsa Arab membawa pengaruh berupa penambahan rempah, cengkeh, adas, dan kayu manis. Kehadiran ragam budaya tersebut kemudian bertemu dengan budaya Banjar yang menambahkan cita rasa lemak dari kaldu dan susu, serta cita rasa agak manis yang berasal dari kayu manis. Dari sana tercipta sajian soto banjar yang kerap kita jumpai ketika berkunjung ke daerah Banjar, Kalimantan Selatan.
Statistics for this Xoptio
Coto Makassar
Coto makassar atau coto mangkasara adalah makanan tradisional Suku Makassar, Sulawesi Selatan. Makanan ini terbuat dari jeroan sapi yang direbus dalam waktu yang lama. Rebusan jeroan bercampur daging sapi ini kemudian diiris-iris lalu dibumbui dengan bumbu yang diracik secara khusus. Coto dihidangkan dalam mangkuk dan dinikmati dengan ketupat dari daun Kelapa dan buras, yakni sejenis ketupat yang dibungkus daun pisang. Coto Makassar diperkirakan telah ada semenjak masa Kerajaan Gowa Tepatnya di Kabupaten Takalar Desa Paddinging pada abad ke-16. Dahulu hidangan coto bagian daging sapi sirloin dan tenderloin hanya disajikan untuk disantap oleh keluarga kerajaan. Sementara bagian jeroan disajikan untuk masyarakat kelas bawah atau abdi dalem pengikut kerajaan. Sejak bulan November 2008 coto makassar telah dipilih sebagai salah satu menu yang dihidangkan pada penerbangan domestik Garuda Indonesia dari dan ke Makassar. Umumnya daging yang digunakan dalam coto ini adalah daging sapi. Namun ada pula yang menggunakan berbagai macam daging jeroan sapi seperti lidah, otak, limpa, paru, hati, jantung, babat dan lain-lain. Konon, diperlukan sekitar 40 macam rempah untuk membuat coto makassar, yang disebut Rampa patang pulo. Aneka bumbu itu, di antaranya adalah bawang merah, bawang putih, cabai, biji-bijian dan bebungaan (lada, ketumbar, jintan, kemiri, pala, foeli, cengkih), dedaunan (daun salam, daun jeruk purut, daun kunyit, daun serai, daun seledri, daun bawang, daun bawang prei), rerimpangan (lengkuas, jahe), serta pelbagai bumbu lain seperti asam, garam, gula, kayu manis, dan juga tauco. Kacang tanah, irisan daun bawang dan bawang goreng, serta perasan jeruk nipis dicampurkan pada saat dihidangkan.